Sebuah
game buatan Indonesia, Necronator II, merih penghargaan The Mochis
Award di ajang Flash Gaming Summit 2012 di San Fransisco, Amerika
Serikat. Permainan buatan Toge Production itu menjadi kampiun di
kategori Best Game Art. »Ini prestasi kedua setelah tahun lalu juara di
kategori lain,” kata salah seorang pembuat game flash itu, Kris
Antony, di Bandung.
Necronator II menjadi finalis kategori
Community Choice, namun gagal meraih penghargaannya. The Mochis Award
merupakan ajang tahunan. Peraih penghargaan ditentukan melalui
penilaian dewan juri. Perhelatan ke-4 itu sekarang terdiri dari 9
kategori. Game lain asal Indonesia Marching Zombies ikut menjadi
finalis. Game buatan Vini Ramadhani itu masuk di kategori Best Puzzle
Game.
Tahun lalu, Necronator II mendapat penghargaan Best
Game Art di ajang Flash Gaming Summit di San Francisco, Amerika
Serikat (AS). Dua permainan lain garapan Kris dan rekan-rekannya juga
berhasil menjadi finalis lewat permainan Infectonator World Dominator
dan Planetary Conflict. Planetary Conflict menggondol Best Multiplayer
Game.
Infectonator maupun Necronator merupakan
permainan bertema zombie. Necronator II terbilang sukses. Sejak dirilis
5 November 2011, permainan ini sudah dimainkan 6,5 juta kali di
seluruh dunia. Walaupun permainan ini kurang dilirik di negeri sendiri
sehingga pengembang lokal lebih memilih pasar global.
Sedangkan berdasarkan situs Armorgames.com, Necronator II telah
dimainkan 4 juta orang di seluruh dunia. Menurut Kris, mereka tak
menyangka bisa menang dan disukai banyak orang. Sebagian game, ujarnya,
di acara Game Developer Buka-bukaan di Bandung, Jumat 30 Maret 2012,
dibuat sederhana. Game lainnya bahkan hanya dikerjakan oleh tim kecil.
»Tapi akhirnya kami kesulitan mengembangkan game itu karena cuma empat orang, jadi jangan nekad juga bikin game,” kata dia.
Kris dan timnya kini mengaku lebih berhati-hati karena game terbaru
mereka, Reich of Darkness, menuai kontroversi. Walau telah meminta maaf
kepada sebuah lembaga Yahudi yang menyuratinya, permainan tersebut tak
lagi bisa dimainkan di salah satu situs. »Kami dikira Neo Nazi,” ujar
Kris.
No comments:
Post a Comment